Monday, July 29, 2013

Tentang rindu, dan hujan

Kemarin hujan, kamu tahu?
Suaranya sungguh merdu menggodaku untuk ikut bermain bersama rintik gerimis yang lembut. Seperti hujan di pagi hari yang dulu selalu kutunggu.

Hei, hari inipun hujan, kamu tahu?
Aku tak tahu di mana kamu, mungkin sedang tertawa bersama bahagiamu, atau sedang berpacu bersama tetes yang jatuh dari langit.
Yang jelas, di sinilah aku. Termenung di balik jendela menyaksikan percikan air yang bercipratan menyentuh bumi.
Di sinilah aku seraya perlahan terus mengaduk cangkirku, isinya rindu, juga sendu.

Besok, mungkin akan turun hujan lagi, apa kamu tahu?
Aku memang bukan peramal cuaca, tapi aku sudah tahu, karna aku masih ingin mengingatmu.

29.07.13

Wednesday, July 10, 2013

T I G A

Pada gelas ketiga di tiga jam sebelum hari berganti.
Pada tanggal tiga di bulan terakhir sebelum tahun berganti.
Pada cinta ketiga yang tak terduga.
Pada kamu, aku jatuh cinta tak hanya satu dua atau tiga kali.
Tapi empat lima dan berulang setiap hari.
Setiap hari yang mungkin tak selamanya?
Tanda tanya.

05.07.13

(Belajar) Gambar Lagi #2

Dibuat pas malem minggu selama satu setengah jam yang menyenangkan. Nyontek dari beberapa gambar hasil googling sambil sesekali melihat refleksi mata sendiri melalui cermin kecil.
Puas banget sama hasilnya, walaupun ekspresi marahnya nggak begitu terlihat. Hahahaha.
Judulnya mungkin "seeing is (try to)believing"

Sunday, June 02, 2013

(Belajar) Gambar Lagi #1


 


Well, ini coret-coretan saya setelah berhenti selama kurang lebih, umm.. 7-8 tahun. Tangan agak kaku. Hasilnya kurang memuaskan sih, tapi lumayan lah buat amatir seperti saya. Hehehe. Oh iya, kali ini saya ngga lupa mencantumkan tanggal. Dan gambar ini dibuat selama 3 jam saja, begadang euy! :D

Thursday, May 23, 2013

Menuju Dua Enam

Di Dua Enam, aku tak perlu meminta umur panjang.
Di Dua Enam, aku tak perlu memohon selalu sehat.
Aku hanya berharap, akan ada senyum yang lebih banyak, lebih lebar, di Dua Enam.
Semoga.

Monday, April 01, 2013

Payung Teduh - Mari Bercerita

Bulan lalu, saat sedang berYoutubing-hore tentang Payung Teduh, nggak sengaja menemukan satu lagu baru (nggak baru-baru amat, saya aja yang telat :|) judulnya Mari Bercerita. Lagunya, ennaaaaaak! >_< yah, bukan sesuatu yang mengejutkan, lagu mereka memang enak semua sih yaa.. :P

Sekali dengar, langsung Googling untuk berburu lirik. Dan nggak nemu :(

Akhirnya dengan berbekal pendengaran pas-pasan (halah), saya coba mencatat sendiri. Hasilnya...

Mari Bercerita
Seperti yang biasa kau lakukan
Di tengah perbincangan kita
Tiba-tiba kau terdiam
Sementara ku sibuk menerka
Apa yang ada dipikiranmu
Sesungguhnya berbicara denganmu
Tentang segala hal yang bukan tentang kita
Mungkin tentang ikan paus di laut
Atau mungkin tentang bunga padi di sawah
Sungguh bicara denganmu
Tentang segala hal yang bukan tentang kita
Selalu bisa membuat semua lebih bersahaja
Malam jangan berlalu
Jangan datang dulu terang
Telah lama kutunggu
Kuingin berdua denganmu
Biar pagi datang setelah aku memanggil terang
Hai pencuri kau, terang!

(dicatat disela kerjaan yang menumpuk, dan berulang kali me-replay video. Mungkin aja nggak sesuai dengan lirik aslinya. Maafkaann >_< )
Link Youtube untuk lagu Payung Teduh - Mari Bercerita

Friday, March 29, 2013

My Old Organizer: drawing

Beberapa waktu lalu saat sedang membongkar lemari buku, saya menemukan organizer lama yang sempat terlupakan. Covernya saya ganti dengan gambar Samurai X yang diprint dengan tinta warna yang sekarat. Makanya warna yang keluar hanya hijau dan kuning. Hahaha.

Saat saya buka, halaman pertama langsung berisi gambar-gambar yang saya buat dulu. Hampir semua bertema Harry Potter. Saya contoh dari bukunya, majalahnya, dll. Coretan-coretan menggunakan pensil dan tisu untuk membuat arsirannya. Maklum tangan saya berkeringat, jadi harus dengan bantuan tisu.

Saya masih ingat betapa saya menjadi sangat sangat perfeksionis saat membuatnya. Semacam tidak-mirip-berarti-jauh-dari-sempurna. Detail lekukan, detail garis, detail titik, dan detail-detail yang lain. Hasilnya? Voila~ walaupun nggak bagus-bagus amat, tapi saya puas :)

Gambar ini saya buat dalam skala yang lebih besar daripada gambar aslinya. Sayang saya nggak mencantumkan tanggal pembuatannya. Hiks. Mungkin sekitar tahun 2004/2005. Lupa :P


Thursday, March 28, 2013

Payung Teduh : Dunia Batas

Ketika pada akhirnya saya membeli CD ini, kata pertama yang keluar adalah, "akhirnyaaa.." seraya tersenyum lebar. Setelah selama ini hanya mendengar lagunya lewat mp3, saya, yang sangat menyukai lagu-lagu mereka, merasa sangat kurang ajar kalau sampai tidak membeli CD aslinya.

Warnanya hijau lembut dengan gambar pohon yang terlihat teduh (sukaaaa!). Dan begitu dibuka, langsung terlihat sebuah foto kaca yang basah terkena rintik hujan dilengkapi tulisan yang berbunyi: 

Hujan turun..
Ada yang malu..
Berbisik dalam kerinduan yang fana..
Dia berkata, jangan datang terang dan terik..
Biarkan fana ini bertahan sejenak..

Kemudian pada bagian kumpulan liriknya terdapat tulisan pembuka berbunyi:

Malam lalu pagi..
Siang lalu senja menyusul..
Sungguh peralihan yang sangat indah..
Dan manusia merangkum dalam kata..
Dengan hati-hati.

Manusia merangkum kata-kata. Seperti halnya saya yang terkadang merangkum cerita. Karena Payung Teduh adalah sepaket lagu dengan keindahan lirik dan alunan musik yang merdu. Nikmati saja :)
(membeli CD ini memaksa saya mengeluarkan kembali mini compo kesayangan saat kuliah dulu. Hohoho!)


Wednesday, March 20, 2013

Memeluk Malam

Menemukan nyaman saat terbaring di atas lantai yang dingin. Dengan satu-satunya cahaya berasal dari lampu jalanan.
Ramai sekali sepertinya. Teriakan anak kecil yang bermain di bawah sana. Suara adzan dari pengeras suara masjid yang memecah malam.
Lalu hening lagi.
Nyanyian jangkrik dan berbagai macam binatang malam di hamparan ilalang. Merdu di kegelapan. Hingar yang tenang.
Masih di lantai yang keras ini, perlahan aku terpejam. Menikmati bayu yang berhembus lembut. Pikiran berkelana.
Nyaman.

(17.03.13)

Tuesday, March 12, 2013

Yang Tak Kasat Mata

Mata ini menangkap sosoknya lagi.
Punggung yang masih sama.
Siluet yang dulu.
Hanya hati yang sepertinya berbeda.
Entah bagaimana, aku merasakannya.
Firasat kah?
Sayang yang bukan milikku lagi.
Bisa apa aku?
Batinku seraya tertawa.

(12.03.13)

Saturday, February 16, 2013

You never learn, do you?

I do.
But don't forget, people always say "follow your heart", not "follow your brain".
So, don't blame me :')

Tuesday, February 05, 2013

Review: Always, Laila <Andi Eriawan>

Always, Laila oleh Andi Eriawan.

Entah mengapa novel ini sampai sekarang masih menjadi novel romance favorit saya. Saya suka alur ceritanya, saya suka teknik penulisannya, saya suka tokoh-tokohnya, saya suka keseluruhan isi dari novel ini.

Saya membelinya di festival buku di Lampung tanggal 9 Desember 2006 seharga Rp 16.800 (harga aslinya Rp 28.000 dengan tambahan diskon 40%). Murah, makanya saya beli. Dan setelah selesai membacanya, saya sedikit bingung kenapa novel sebagus ini hanya dibandrol dengan harga segitu. Murah sekali.

Tokoh utama dalam novel ini adalah Laila dan Phrameswara, dan ini adalah cerita sejak mereka pertama bertemu di bangku SMA, kuliah, lulus, sampai akhirnya merencanakan untuk menikah. Dengan alur maju mundur dan terselip puisi-puisi manis dari Pram yang ditujukan untuk Laila, membuat saya tak melepasnya sebelum halaman terakhir saya baca.

Kisah cinta yang manis juga tragis. Sad beginning - Sad ending. Beberapa orang yang saya rekomendasikan buku ini kurang menyukai endingnya. Sebaliknya dengan saya, yang sangat menyukainya. Karena pada akhirnya, kedua tokoh utama dapat berdamai dengan hatinya masing-masing. Ikhlas dan dapat tersenyum lagi. Dan puisi penutup yang ditulis Pram, membuat saya semakin jatuh hati kepada tokoh ini. Bunyinya seperti ini:

Gemuruh di hatiku mereda sendirinya
langit menjadi lebih cerah
dan udara tak lagi menyesakkan dada
Mungkin karena telah kutemukan
definisi lain dari cinta
Makna tak lagi berasal dari pertemuan
dan rasa rindu membuatku bahagia

Sunday, February 03, 2013

Dinding dan sesuatu bernama Hati

Ia terkejut, ketika pada akhirnya menyadari bahwa dindingnya telah selesai dibangun.
Dinding yang pernah runtuh itu, kini berdiri kokoh lagi.
Jauh lebih tinggi.
Jauh lebih kuat.
Jauh lebih tebal.
Kesadaran yang muncul saat seorang asing datang melewati sisi-sisinya.
Sayang sekali, apa yang bersembunyi di dalamnya tak sekokoh dindingnya.
Rapuh.
Terlalu lelah dipermainkan kecewa.
Terlalu muak dengan waktu.
Terlalu marah dipecundangi mimpi.
Lalu ia terdiam. Kehilangan kemampuan mengubur apa yang telah mati: impian. Lalu ia terdiam.

(03.02.13)

Tuesday, January 29, 2013

Unsent

Selamat ulang tahun untuknya yang sekarang entah di mana..
Selamat bertambah umur untuknya yang kuharap baik-baik saja..
Serangkaian doa dan maaf yang tak berhenti mengalir..
Dan semoga Tuhan menjaganya selalu..
Amin.

Saturday, January 26, 2013

Senja Dari SGA

Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala.
(Sepotong Senja Untuk Pacarku)

Tapi langit yang semburat kemerah-merahan itu hanyalah sebuah janji yang sebaliknya. Setiap detik terjadi perubahan warna, dari merah yang membara sampai memancar keemas-emasan ketika matahari mestinya telah terbenam. Mereka tak bisa melihat matahari di balik gedung. Senja yang keemasan-emasan itu kemudian dengan pasti menggelap, semakin gelap, dan menjadi malam.
(Hujan, Senja, dan Cinta)
 
Kita sama-sama tahu, keindahan senja itu, kepastiannya untuk selesai dan menjadi malam dengan kejam. Manusia memburu senja kemana-mana, tapi dunia ini fana Sukab, seperti senja. 
(Jawaban Alina)

Kulihat cahaya senja seperti jalinan lembut benang-benang emas yang terpancang, dari matahari langsung ke jendela, ke dinding, ke pohon, dan ke daun-daun. Seperti garis-garis, seperti balok-balok, seperti tiang-tiang yang direbahkan. Rasanya baru sekali ini aku melihat cahaya berleret-leret begitu nyata, seolah-olah benda padat yang bisa dipegang.
(Matahari Tidak Pernah Tenggelam di Negeri Senja)

Senja adalah semacam perpisahan yang mengesankan. Cahaya emas berkilatan pada kaca jendela gedung-gedung bertingkat, bagai disapu kuas keindahan raksasa. Awan gemawan menyisih, seperti digerakkan tangan-tangan dewa.
(Senja dan Sajak Cinta)

---------------

Kumpulan Cerpen oleh Seno Gumira Ajidarma

Tuesday, January 22, 2013

Sekelumit Tentang Hujan di Januari

Banyak basah di bulan Januari.
Terlalu banyak malahan.
Jatuh.
Mengalir.
Menggenang.
Hujan yang ramah.
Hujan yang marah.
Hujan yang resah.
Hujan yang basah.
Dedaunan.
Jalanan.
Kaca mobil.
Mata.
Basah.
Hujan bilang, berhenti berkeluh kesah. Buka payungmu. Menarilah.
Hujan bilang, berhenti berkeluh kesah. Seka pipimu. Berlarilah.
Hujan bilang, berhenti berkeluh kesah. Nanti juga rindu. Nikmatilah.
Hujan di bulan Januari, menelan setiap cerita yang terbawa angin. Menelan begitu saja.

(22.01.13)

Wednesday, January 16, 2013

Teruntuk Senja Yang Jingga

Selamat datang senja..
coba ceritakan padaku,
siapa yang telah membuatmu bahagia,
hingga merah merona di barat sana.
Selamat sore senja..
lihatlah, mereka pun ikut tertawa,
melihatmu menangis bahagia,
sejenak lupa akan duka.
Terima kasih senja..
karenamu aku rela kehilangan terang,
untukmu aku rela mengacuhkan luka,
yang aku tahu kau selalu menanti seraya tersenyum.
Sampai jumpa senja..
esok hari, bagikan lagi jinggamu untukku ya :)

-16.01.13-

Saturday, January 12, 2013

Tidak Bisa Berhenti!

Menulis.

Tidak, saya bukan penulis. Saya hanya orang yang (terkadang) menulis untuk membuang apa yang ada di pikiran saya, menuangnya dalam deretan huruf dan angka. Meliuk seperti tulisan cakar ayam saya, atau huruf monoton yang sama persis bentuknya saat menulis dengan komputer pun telepon genggam.

Saya tidak menulis puisi. Saya tidak menulis cerita fiksi. Saya tidak menulis biografi. Saya hanya menuliskan tentang apa yang saya yakini. Dengan hati. Membagi isi kepala ke dalam tumpukan kata-kata yang dipisahkan spasi.

Saya bukan penulis yang baik, tentu saja. Saya tidak punya orang yang mengoreksi tata bahasa dan tekhnik penulisan yang saya gunakan. Toh hanya untuk konsumsi pribadi dan teman-teman dekat.

Jujur, mempunyai blog ini terkadang membuat saya terbebani. Amat sulit buat saya menjaga konsistensi. Terlebih lagi, teman yang dulu mendorong saya membuat blog ini (sepertinya) sudah jarang menulis lagi. Dia (sepertinya lagi) sibuk sekali. Saya seolah kehilangan seorang inspirator yang membuat saya bergelut (ogah-ogahan :p) dalam dunia blog ini.

Tapi di satu sisi, dia terlanjur menjerumuskan saya ke dalam dunia ini, membuat saya tidak bisa berhenti. Walau datang dan pergi, saya ternyata benar-benar tidak bisa berhenti untuk tetap menulis di sini. Ah sudahlah, persetan dengan konsistensi. Hahahaha.

Hei kamu yang jadi inspirator saya, ayo menulis lagi.. :)

---------

Note: Selamat datang 2013, tahun di mana untuk pertama kalinya sejak 1987, tidak ada angka yang diulang lagi. Semoga akan ada lebih banyak senyum tahun ini, asli maupun imitasi

Monday, January 07, 2013

Lantas, Aku?

Adalah Aku, sepotong kayu yang dibakar habis dan dibiarkan terbang serpihan abunya, melayang tanpa arah, menyesaki rongga dada.
Adalah Aku, kelopak bunga yang tak disinggahi kumbang madu, terpaksa layu untuk menggantikan bunga yang baru.
Adalah Aku, rintik hujan yang turun tergesa, seolah rindu mencium wangi bumi.
Adalah Aku, payung yang tak pernah dibuka, karna belaian gerimis terlihat lebih memesona.
Adalah Aku, sehelai daun yang jatuh tertiup angin, membusuk dan menyatu dengan tanah.
Adalah Aku, mimpi sekelebat, yang terlupakan sekeras apapun mencoba mengingat.
Adalah Aku, terik matahari, yang mencoba berkuat diri, ketika semua memaki.
Inilah Aku, hening yang berdenting pelan, ramai yang terdengar senyap, terang yang serupa malam.
Inilah Aku, yang tak pernah lupa, segalanya.

07.01.13  11.18 PM

Sunday, January 06, 2013

Melihat Peta

hari ini kematian membisikkan perihal-perihal indah. langit pagi yang perangainya tenang dan hangat telah ditanggalkan. beruluran jutaan jalan kecil, kaki-kakinya mekar jadi kembang api yang terbuat dari awan hitam.

aku tiba-tiba ingin seisi tubuhku tercuri. seseorang menangis memasangkan pakaian berwarna sederhana dan wewangian sambil membayangkan tuhan menyambutku dengan riang.
kau, entah di mana, membaca catatan yang aku tulis, aku kirim, dan terlambat tiba.

hari terakhirku jadi hari pertama bagimu. kesedihanku terbakar menjadi abu. kau tumbuh menjadi pohon yang pucuk-pucuknya hendak menyentuh kebiruan angkasa.
*
peta memberitahuku semua harta karun tersimpan di jantung rahasia hal-hal yang hancur. kau menggantung seperti sesuatu yang tak mampu aku namai - mimpi atau kenangan. di kepalaku, kau cahaya yang disaring kaca jendela berdebu. memasukiku sebagai jiwa yang kelelahan.
nanti malam, aku tak mau menutup mata jendela. akan aku biarkan ia menatap mata bulan, tempat barangkali kau menitip rahasia.
sementara yang menetap di luar aku, segala dendammu. memendam dendam, kata ibuku, seperti meminum segelas racun dengan harapan membunuh orang lain.
aku tidak ingin mendengar kabar pemakamanmu. biar tubuhku dan seluruh isinya yang tercuri. hiduplah kau.
----------

puisi oleh Aan Mansyur (@hurufkecil), Kompas, Minggu, 6 Januari 2013