Thursday, July 22, 2010

Pernah Jadi Orang Kampung?

Orang kampung di sini dalam artian yang sebenarnya lho ya. Bukan kampung yang berarti kampungan yang maksudnya nggak gaul atau nggak update dengan perkembangan zaman. Orang kampung yang akan gw bahas di sini maksudnya adalah orang yang tinggal di kampung, melakukan kegiatan seperti halnya kegiatan yang biasa dilakukan orang-orang kampung sehari-hari. Well, ini cerita tentang masa kecil gw, yang (Alhamdulillah) pernah merasakan menjadi orang kampung minimal setahun sekali. Pengalaman yang nggak mungkin bakal terulang, cuma bisa gw kenang.

Pengalaman ini terjadi sekitar tahun 90-an, waktu gw masih SD, masih imut, manis, lugu, penuh gairah, tapi tetep… item (-_-) hiks. Hampir tiap tahun saat libur Lebaran, gw selalu mengunjungi mbah putri dan kakung gw di kampung. Kurang lebih sebulan gw di sana, soalnya, dulu libur Lebaran untuk anak sekolah bisa sebulan lamanya. Mantap deh. Dan biasanya, gw berangkat seminggu setelah puasa, bareng sama kakak dan tante gw. That was totally a very long holiday.

Sebagai seorang anak SD yang masih imut, manis, lugu, penuh gairah, tapi tetep… item, gw memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, dan menjelma menjadi bocah kampung. Layaknya orang kota yang nggak pernah ketemu sawah, kali bersih dengan bebatuan segede bagong, jalanan bersih yang teramat sepi, gw menjadi amat sangat kimpring sekali. Hal-hal yang terlihat biasa oleh penduduk setempat, menjadi istimewa buat gw. Dan menjadi semakin istimewa saat mengingatnya belakangan ini.

Pernah nggak, kalian, para penduduk kota mengalami hal-hal yang dulu gw alami? Gw hampir yakin, jawaban “pernah” akan jarang keluar. Mengingat beberapa teman gw ada yang nggak pernah berjalan kaki di pematang sawah, atau bermain di kali dengan air yang jernih, sampai usianya menginjak 20-an. Kasihan… *halah*

Kalau, mencari ikan dan yuyu (sejenis kepiting kecil hitam) dengan sebuah seser di kali kecil, jernih dan berbatu. Pernah?

Memetik kangkung di rawa dan kemudian memberikannya kepada nenek yang akan segera memasakannya untuk kamu. Pernah? Belum lagi mengikuti nenek ke kebun untuk membantu memetik hasil panen cabai, rambutan, jeruk, dsb.

Bagaimana dengan menemani nenek mengantar padi ketempat penggilingan padi dengan sepeda kumbang? Pernah juga?

Atau mungkin sekedar menikmati pagi yang dingin, di depan kompor yang masih menggunakan kayu bakar, sambil menikmati tempe goreng yang baru saja diangkat dari wajan? Kalo kalian pernah merasakannya, beruntunglah kalian. Apakah gw terkesan pamer? Biarin deh. Hehehe.

Dan weekend kemarin, gw dan keluarga menyempatkan diri untuk pulang ke kampung. Ziarah ke makam mbah putri dan kakung, sebelum puasa. Entah kapan lagi bisa ke sana. Yang jelas, saat sampai di sana, rasanya sedih banget. Rasanya, kunjungan yang kemarin itu adalah kunjungan terakhir, itu berarti, gw nggak akan lagi liat rumah yang udah nyimpan begitu banyak kenangan masa kecil.


Rumah yang dulu begitu nyaman, beserta halamannya yang suka buat tempat gw duduk-duduk santai, sekarang tampak nggak terawat semenjak mbah gw nggak ada. Inilah yang bikin gw sedih. Semuanya berubah, ga seindah dulu. Cuma ingatan di otak aja yang masih indah. Hiks.

Sunday, July 18, 2010

Keluh Lagi! :(

Beudeuh! Udah Juli aja, berarti udah sebulan nggak update. Mau gimana lagi, pulang malem, sampe rumah bawaannya pengen langsung tidur. Weekend, pergi mulu. Bahkan, belajar motor pun nggak pernah sempet. *lirik post sebelumnya* *sigh*

Post kali ini pun sepertinya nggak akan banyak. Kepikiran untuk membuat format baru untuk setiap post yang akan gw tulis di blog ini, sebenernya. Tapi kayaknya, belom bisa gw mulai sekarang. Mungkin di post berikutnya :)

Ngomong-ngomong, udah sebulan setengah gw kerja. Rasanya? Phiuuhhh… *lap keringat*

Jujur aja, sebulan pertama terasa menyenangkan. Pastinya karena anak-anak Codif yang doyan ngebanyol. Tapi itu dulu, waktu gw masih di bagian Codification. Semenjak awal bulan ini, gw udah dipindahin di tim lain, walaupun masih sama-sama di divisi Merchandising. Suasananya? Ya Tuhan, terlalu serius, dan load kerja yang lebih banyak. Bahkan saat kerjaan lagi nggak terlalu banyak pun, kepala tetap terasa pusing, ini karena jarang ada intermezzo yang bisa bikin otak lebih fresh.

Dan yang lebih menyebalkannya adalah, meja gw sekarang jadi barisan paling belakang, jauh dari dia yang ada di barisan depan. Bukan lagi tempat yang strategis untuk melihatnya. Zzzzz…

Btw, siapa sih dia? Dia itu, yah… si lagu Maliq & D’Essential yang judulnya Terdiam. Hehehe.

…ingin aku menyapa, namun ku terdiam tak kulakukan…


Lagi-lagi post nggak penting ya? Biarin deh. Berikutnya mugkin lebih baik :)

Note: sebetulnya pengen banget bisa cerita-cerita masa lalu waktu masih kecil, berpetualang di kampung nyokap. Abis dari mudik, banyak kenangan-kenangan yang teringat lagi. Tapi, capek, dan besok kerja, jadi kapan-kapan deh ceritanya. heuheu.