Tuesday, January 29, 2013

Unsent

Selamat ulang tahun untuknya yang sekarang entah di mana..
Selamat bertambah umur untuknya yang kuharap baik-baik saja..
Serangkaian doa dan maaf yang tak berhenti mengalir..
Dan semoga Tuhan menjaganya selalu..
Amin.

Saturday, January 26, 2013

Senja Dari SGA

Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala.
(Sepotong Senja Untuk Pacarku)

Tapi langit yang semburat kemerah-merahan itu hanyalah sebuah janji yang sebaliknya. Setiap detik terjadi perubahan warna, dari merah yang membara sampai memancar keemas-emasan ketika matahari mestinya telah terbenam. Mereka tak bisa melihat matahari di balik gedung. Senja yang keemasan-emasan itu kemudian dengan pasti menggelap, semakin gelap, dan menjadi malam.
(Hujan, Senja, dan Cinta)
 
Kita sama-sama tahu, keindahan senja itu, kepastiannya untuk selesai dan menjadi malam dengan kejam. Manusia memburu senja kemana-mana, tapi dunia ini fana Sukab, seperti senja. 
(Jawaban Alina)

Kulihat cahaya senja seperti jalinan lembut benang-benang emas yang terpancang, dari matahari langsung ke jendela, ke dinding, ke pohon, dan ke daun-daun. Seperti garis-garis, seperti balok-balok, seperti tiang-tiang yang direbahkan. Rasanya baru sekali ini aku melihat cahaya berleret-leret begitu nyata, seolah-olah benda padat yang bisa dipegang.
(Matahari Tidak Pernah Tenggelam di Negeri Senja)

Senja adalah semacam perpisahan yang mengesankan. Cahaya emas berkilatan pada kaca jendela gedung-gedung bertingkat, bagai disapu kuas keindahan raksasa. Awan gemawan menyisih, seperti digerakkan tangan-tangan dewa.
(Senja dan Sajak Cinta)

---------------

Kumpulan Cerpen oleh Seno Gumira Ajidarma

Tuesday, January 22, 2013

Sekelumit Tentang Hujan di Januari

Banyak basah di bulan Januari.
Terlalu banyak malahan.
Jatuh.
Mengalir.
Menggenang.
Hujan yang ramah.
Hujan yang marah.
Hujan yang resah.
Hujan yang basah.
Dedaunan.
Jalanan.
Kaca mobil.
Mata.
Basah.
Hujan bilang, berhenti berkeluh kesah. Buka payungmu. Menarilah.
Hujan bilang, berhenti berkeluh kesah. Seka pipimu. Berlarilah.
Hujan bilang, berhenti berkeluh kesah. Nanti juga rindu. Nikmatilah.
Hujan di bulan Januari, menelan setiap cerita yang terbawa angin. Menelan begitu saja.

(22.01.13)

Wednesday, January 16, 2013

Teruntuk Senja Yang Jingga

Selamat datang senja..
coba ceritakan padaku,
siapa yang telah membuatmu bahagia,
hingga merah merona di barat sana.
Selamat sore senja..
lihatlah, mereka pun ikut tertawa,
melihatmu menangis bahagia,
sejenak lupa akan duka.
Terima kasih senja..
karenamu aku rela kehilangan terang,
untukmu aku rela mengacuhkan luka,
yang aku tahu kau selalu menanti seraya tersenyum.
Sampai jumpa senja..
esok hari, bagikan lagi jinggamu untukku ya :)

-16.01.13-

Saturday, January 12, 2013

Tidak Bisa Berhenti!

Menulis.

Tidak, saya bukan penulis. Saya hanya orang yang (terkadang) menulis untuk membuang apa yang ada di pikiran saya, menuangnya dalam deretan huruf dan angka. Meliuk seperti tulisan cakar ayam saya, atau huruf monoton yang sama persis bentuknya saat menulis dengan komputer pun telepon genggam.

Saya tidak menulis puisi. Saya tidak menulis cerita fiksi. Saya tidak menulis biografi. Saya hanya menuliskan tentang apa yang saya yakini. Dengan hati. Membagi isi kepala ke dalam tumpukan kata-kata yang dipisahkan spasi.

Saya bukan penulis yang baik, tentu saja. Saya tidak punya orang yang mengoreksi tata bahasa dan tekhnik penulisan yang saya gunakan. Toh hanya untuk konsumsi pribadi dan teman-teman dekat.

Jujur, mempunyai blog ini terkadang membuat saya terbebani. Amat sulit buat saya menjaga konsistensi. Terlebih lagi, teman yang dulu mendorong saya membuat blog ini (sepertinya) sudah jarang menulis lagi. Dia (sepertinya lagi) sibuk sekali. Saya seolah kehilangan seorang inspirator yang membuat saya bergelut (ogah-ogahan :p) dalam dunia blog ini.

Tapi di satu sisi, dia terlanjur menjerumuskan saya ke dalam dunia ini, membuat saya tidak bisa berhenti. Walau datang dan pergi, saya ternyata benar-benar tidak bisa berhenti untuk tetap menulis di sini. Ah sudahlah, persetan dengan konsistensi. Hahahaha.

Hei kamu yang jadi inspirator saya, ayo menulis lagi.. :)

---------

Note: Selamat datang 2013, tahun di mana untuk pertama kalinya sejak 1987, tidak ada angka yang diulang lagi. Semoga akan ada lebih banyak senyum tahun ini, asli maupun imitasi

Monday, January 07, 2013

Lantas, Aku?

Adalah Aku, sepotong kayu yang dibakar habis dan dibiarkan terbang serpihan abunya, melayang tanpa arah, menyesaki rongga dada.
Adalah Aku, kelopak bunga yang tak disinggahi kumbang madu, terpaksa layu untuk menggantikan bunga yang baru.
Adalah Aku, rintik hujan yang turun tergesa, seolah rindu mencium wangi bumi.
Adalah Aku, payung yang tak pernah dibuka, karna belaian gerimis terlihat lebih memesona.
Adalah Aku, sehelai daun yang jatuh tertiup angin, membusuk dan menyatu dengan tanah.
Adalah Aku, mimpi sekelebat, yang terlupakan sekeras apapun mencoba mengingat.
Adalah Aku, terik matahari, yang mencoba berkuat diri, ketika semua memaki.
Inilah Aku, hening yang berdenting pelan, ramai yang terdengar senyap, terang yang serupa malam.
Inilah Aku, yang tak pernah lupa, segalanya.

07.01.13  11.18 PM

Sunday, January 06, 2013

Melihat Peta

hari ini kematian membisikkan perihal-perihal indah. langit pagi yang perangainya tenang dan hangat telah ditanggalkan. beruluran jutaan jalan kecil, kaki-kakinya mekar jadi kembang api yang terbuat dari awan hitam.

aku tiba-tiba ingin seisi tubuhku tercuri. seseorang menangis memasangkan pakaian berwarna sederhana dan wewangian sambil membayangkan tuhan menyambutku dengan riang.
kau, entah di mana, membaca catatan yang aku tulis, aku kirim, dan terlambat tiba.

hari terakhirku jadi hari pertama bagimu. kesedihanku terbakar menjadi abu. kau tumbuh menjadi pohon yang pucuk-pucuknya hendak menyentuh kebiruan angkasa.
*
peta memberitahuku semua harta karun tersimpan di jantung rahasia hal-hal yang hancur. kau menggantung seperti sesuatu yang tak mampu aku namai - mimpi atau kenangan. di kepalaku, kau cahaya yang disaring kaca jendela berdebu. memasukiku sebagai jiwa yang kelelahan.
nanti malam, aku tak mau menutup mata jendela. akan aku biarkan ia menatap mata bulan, tempat barangkali kau menitip rahasia.
sementara yang menetap di luar aku, segala dendammu. memendam dendam, kata ibuku, seperti meminum segelas racun dengan harapan membunuh orang lain.
aku tidak ingin mendengar kabar pemakamanmu. biar tubuhku dan seluruh isinya yang tercuri. hiduplah kau.
----------

puisi oleh Aan Mansyur (@hurufkecil), Kompas, Minggu, 6 Januari 2013