Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala.
(Sepotong Senja Untuk Pacarku)
(Sepotong Senja Untuk Pacarku)
Tapi langit yang semburat kemerah-merahan itu hanyalah sebuah janji yang sebaliknya. Setiap detik terjadi perubahan warna, dari merah yang membara sampai memancar keemas-emasan ketika matahari mestinya telah terbenam. Mereka tak bisa melihat matahari di balik gedung. Senja yang keemasan-emasan itu kemudian dengan pasti menggelap, semakin gelap, dan menjadi malam.
(Hujan, Senja, dan Cinta)
(Hujan, Senja, dan Cinta)
Kita sama-sama tahu, keindahan senja itu, kepastiannya untuk selesai dan menjadi malam dengan kejam. Manusia memburu senja kemana-mana, tapi dunia ini fana Sukab, seperti senja.
(Jawaban Alina)
Kulihat cahaya senja seperti jalinan lembut benang-benang emas yang terpancang, dari matahari langsung ke jendela, ke dinding, ke pohon, dan ke daun-daun. Seperti garis-garis, seperti balok-balok, seperti tiang-tiang yang direbahkan. Rasanya baru sekali ini aku melihat cahaya berleret-leret begitu nyata, seolah-olah benda padat yang bisa dipegang.
(Matahari Tidak Pernah Tenggelam di Negeri Senja)
(Matahari Tidak Pernah Tenggelam di Negeri Senja)
Senja adalah semacam perpisahan yang mengesankan. Cahaya emas berkilatan pada kaca jendela gedung-gedung bertingkat, bagai disapu kuas keindahan raksasa. Awan gemawan menyisih, seperti digerakkan tangan-tangan dewa.
(Senja dan Sajak Cinta)
(Senja dan Sajak Cinta)
---------------
Kumpulan Cerpen oleh Seno Gumira Ajidarma
0 comments:
Post a Comment