Monday, December 17, 2012

Spasi Yang Mengisi

Ada terlalu banyak spasi yang menjelma menjadi halaman kosong dalam buku kita. Halaman demi halaman. Kian bertambah.
Kosong. Seolah lupa caranya, bagaimana buku itu pernah diisi oleh tinta bermacam warna, dengan bentuk sedemikian rasa.
Buku itu tidak berdebu, tidak pula terlupakan oleh jemari yang dulu selalu menari di atas kertasnya.
Hanya saja..
Inilah kita, yang kehilangan kata-kata.

-17.12.12-

Saturday, December 01, 2012

Pelangi Setengah Lingkaran


Aku melihatnya sejak awal. Muncul dari ketiadaan, perlahan membentuk setengah lingkaran. Mewarnai ujung timur langit dengan cantiknya. Sempurna.

Satu menit. Dua menit. Aku seperti terhipnotis. Berlari mundur untuk mencari bingkai yang tepat untuk menggambarnya dengan kamera yang kubawa. Berpacu dengan waktu.

Lalu aku terpaku di bawah hujan. Menatap lurus ke depan. Membiarkan setiap tetesnya membasuh kulit, bercengkerama dengan dingin. Berjalan maju, langkah demi langkah tanpa sekalipun mengalihkan pandangan. Sungguh tak berani sedetik pun mengalihkan pandangan. Ini benar-benar kesempatan langka.

Tapi...

Ah, ternyata umurnya sangat singkat. Saat bajuku nyaris kuyup, ia mulai memudar. Meninggalkan bias, sisa-sisa warna yang berjejak di langit. Pudar dan kian pudar. Sampai akhirnya hilang sama sekali. Musnah.

Tak 'kan lagi muncul sampai tiba waktunya, saat langit menginginkannya kembali. Untuk kemudian menari bersama.
Published with Blogger-droid v2.0.8

Monday, July 23, 2012

Titik dua Kutip satu Kurung buka

Mencoba untuk diam.
Sementara hati semakin menghitam.
Terpuruk dan tenggelam.
Rindu kian merajam.
Meredupkan yang temaram.
Menghantui saat terpejam.
Luka telah meradang.
Mendamba sayang yang hilang.
Impian yang terlarang.
Masihkah ada terang yang benderang.
Memberi hidup pada usang.
Meniupkan nafas panjang.
Tuhan. Aku...lelah.

.210712.
Published with Blogger-droid v2.0.6

Tuesday, July 17, 2012

Kamu Dengar?


Selayaknya air yang selalu bergerak menuju tempat yang lebih rendah
Begitupun air mata ini
Mengalir deras tanpa henti
Kurang ajar!
Tolong hentikan!
Aku mau pelukmu agar tenang.
Aku mau bahumu untuk menyembunyikan tangis.
Aku mau tanganmu untuk menyeka pipi yang basah.
Aku mau lagumu untuk menyamarkan isak.
Aku mau kamu!
Hei kamu, dengar tidak?!

----
Menara Matahari Lt.10
Senin, 2 Juli 2012

Absurd Monolog #1


Sudah Juli ya?
Iya. Ahh, tidak terasa sudah memasuki bulan keempat sejak dia memintaku untuk berhenti berharap padanya.
Sudah sembuhkah?
Belum.
Kenapa belum?
Entahlah. Ya, entahlah. Kenapa belum juga sembuh. Tak pernah paham.
Sedalam itukah?
Ya, sedalam itu. Kenapa? Mau menyebutku bodoh lagi?
Ya, bodoh kamu.
Hei, berhenti menyebutku bodoh. Aku kan hanya mengikuti apa kata hatiku saja. Membiarkan perasaanku mengalir apa adanya. Jangan ditahan, biarkan ia tumbuh. Kira-kira seperti itulah yang dia ajarkan dulu.
Tetap saja, kamu bodoh. Dia sudah tidak peduli lagi padamu, kamu sadar itu?
Lantas kenapa? Biarlah. Itu haknya. Aku sudah tahu apa saja resikonya saat memutuskan untuk mencintainya dengan tulus.
Mau sampai kapan, Bodoh?
Itu…aku tidak tahu. Bisa jadi ini tak ada ujungnya. Ahh, bisa berhenti bicara sebentar saja? Aku pusing mendengar ocehanmu.
Aku cuma mau membantu. Membantu membuatmu sadar dan membuka matamu, Bodoh!
Bisa diam tidak?! Berisik!

** kemudian aku berlari mencari sebuah gembok besar. Kukunci dia, si Logika itu **

Message In A Bottle



Aku menitipkan cerita kepada lautan melalui pantai
Membiarkannya mengapung dan dipermainkan ombak
Mengikuti arus dan berlayar entah kemana
Tolong simpan ceritaku ya…

Bright Blue Sky


Thursday, June 21, 2012

Dua Makhluk Random


Nying :  Jadi bagaimana kalau kita menjemput mimpi malam ini, Dear?

Me    :  Sila duluan mbakyu.
         Perhentian saya masih jauh tampaknya. Lagi saya masih takut bermimpi buruk lagi :)

Nying : Bukankah pagi teramat bosan dengan hadirnya wajah sendu yang lebih dari  awal di ufuk embun ini?

Aaah, andai saja aku mampu mengukir mimpi tentang ketenangan malam ini, aku berjanji, malam yang akan bosan menjemputku terlalu awal.

Me    : Pagi sudah tak peduli lagi pada wajah sendu. Dia hanya peduli dengan sinarnya yang menyilaukan langit. Membuat buta. Dan sekonyong-konyong menciptakan rasa panas yang membuat tidak nyaman.

Nying : Bukaaan.. bukan itu. Hanya saja pagi sedang sibuk merangkai pelangi untuk senja yang tepat.
Good night.

Me    : Haaa.. sudahlah. Tak seharusnya saya membenci pagi dan mentarinya yang tak pernah ingkar janji.

Malamlah yang seharusnya saya benci dengan segala keheningannya yang merajam diri.

Selamat malam. Esok pagi kan seperti hari ini. Menyisakan duri, menyisakan perih, menyisakan sunyi.



((Pada suatu malam yang sama randomnya dengan percakapan di atas. Via Whatsapp bersama seorang sahabat yang tingkat kenormalannya berada di bawah si empunya blog *emaap* ))

Kapan, Waktu?


Ada tangis yang tertahan
Asa yang menghilang perlahan
Ada kepercayaan yang jatuh runtuh
Hati yang terlanjur lumpuh

Hancur. Melebur. Senyum yang mulai luntur.
Waktu, masih belum mau membantu.
Kapan kiranya?


Menara Matahari Lt.10
20 June 12

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ada yang tak kusadari atau memang aku terlalu buta
Untuk mengenal kata sadar
Adalah aku yang terlalu bising
Dengan keheningan sepi

Bukankah itu sama saja dengan membuat denting-denting waktu
Menjadi hingar bingar ditelingaku
Membunuhku dengan sejuta pertanyaan akan kapan?

Aku hanya lelah mempersalahkan keadaan
Dan seperangkat tentang perasaan ini
Waktu, biarkan aku menuntutmu
Sampai tak ada lagi kapan dan bagaimana

Tambahan oleh seorang Sahabat
20 Juni 2012

Wednesday, June 13, 2012

Curhat #1



Dingin. Padahal jaket sudah kugunakan. Tapi masih saja.
Oh iya, di sini ramai sekali. Divisi sebelah, Store Development dan R&D, sedang bebenah. Relayout katanya. Tapi kenapa aku tetap merasa sepi ya. Hahaha.

Hmm.. sejujurnya aku bingung ingin menulis apa. Semua kerjaan sudah habis (jangan tambah lagi ya :P) dan kebetulan mumpung hasrat menulisku masih menggebu-gebu, jadilah sekarang jemariku menari.

Tadi, baru saja atasan langsungku, Pak Sarwo, meledekku. Katanya aku update status terus, padahal hanya chat dengan beberapa teman di YM. Aku tertawa saja.

Duh, jadi lupa kan tadi mau menulis apa. Pikunku ini nggak pernah sembuh tampaknya :( Dan lagu Float yang berjudul “Sementara” ini sudah kuputar entah untuk yang keberapa kalinya hari ini. Liriknya begini:

“Percayalah hati lebih dari ini. Pernah kita lalui. Jangan henti di sini…
Percayalah hati lebih dari ini. Pernah kita lalui. Takkan lagi kita mesti jauh melangkah. Nikmatilah lara...”

Lagunya bercerita tentang… ah, jangan tanya maknanya ya, aku lagi malas mikir (alasan! hehe). Yang pasti suara dan musiknya sangat nyaman di telinga. Coba denger deh :)

Ngomong-ngomong, ini sudah masuk minggu keempat aku bekerja di Matahari Dept. Store. Kantornya sendiri ada di Menara Matahari di daerah Lippo Village Karawaci Tangerang. Menara? Betul sekali. Mau tidak mau aku yang nggak suka lift ini terpaksa menggunakan lift setiap hari!! (terdengar petir menggelegar di kejauhan. Baiklah, berlebihan sekali). Tapi soal aku nggak suka naik lift itu nggak berlebihan lho. Aku sih nggak keberatan kalau saja liftnya secanggih yang seperti di Menara Mulia di Gatsu (misalnya). Tapi ini kan bukan. Jadi sensasi setiap lift berhenti itu selalu bikin aku keliyengan. Hiks. Apa jangan-jangan aku sendiri yang merasakannya?

Ada kiriman dari HRD, ternyata isinya ID Card.

 











Kalau transaksi dengan menggunakan ID Card ini, bisa dapat diskon 10 persen lho. Hehe.

Sejak aku pindah, banyak orang bertanya apakah kantor baru tempatku sekarang enak. Jadi bingung jawabnya, karena rasanya enak nggak enak. Terkadang menyenangkan, tapi lebih sering aku tetap merasa sendirian. Semua rasanya hambar. Entahlah, namanya juga adaptasi. Dan mungkin dari akunya juga yang lebih sering memilih sendiri.

“Jelajahi waktu, ke tempat berteduh hati kala biru. Dan lalu… sekitarku tak mungkin lagi kini. Meringankan lara. Bawa aku pulang, Rindu! Segera!

Float. Judulnya “Pulang” dan sama enaknya. Sudah ah, aku mau menikmati sepi lagi.



Tuesday, June 12, 2012

Buku dan Kebiasaan-Kebiasaan Gw


Books! Yeah, I really love books!
Kecintaan gw akan buku sebenernya sudah dimulai sejak kecil. Masih ingat novel pertama yang gw baca judulnya “Karang Setan” karangan  Enid Blyton, yang akhirnya jadi salah satu penulis favorit gw. Buku demi buku mulai gw lahap. Juga berbagai macam komik yang gw beli dari hasil menyisihkan uang jajan atau meminjam di tempat penyewaan komik. Addicted. So much.

Sebagai pecinta buku, ada beberapa kebiasaan gw yang berguna dan mungkin juga sudah banyak dilakukan oleh pecinta buku lainnya.
1. Sampul buku dengan sampul plastik 
Tujuannya tentu saja supaya buku lebih awet, dan cover-nya tidak mudah lecek. Selain itu buku juga jadi terlihat lebih rapih. Tapiii..belakangan kebiasaan itu menghilang, nggak pernah sempat lagi nyampulin novel atau komik yang baru dibeli. Sebagai gantinya supaya buku tetap awet, bungkus plastik selalu gw sobek dengan rapih, supaya setelah selesai baca, novel atau komik tersebut bisa dimasukkan lagi ke dalam bungkus plastiknya. 

2. Kasih nama dan tanggal buku dibeli
Fungsinya? Sebagai identitas saja sih sebenernya. Hehehe. Kalau tanggal, supaya kita tahu, kapan sih kita beli buku itu. Sudah berapa tahun umur buku itu.

3. Tempel kode barcode harga
Kalau kebiasaan ini gw dapat dari kakak gw. Awalnya merasa aneh juga. Tapi kemudian gw berpikir, bertahun-tahun kemudian saat harga buku sudah semakin mahal, kita akan menengok koleksi buku lama kita dan saat melihat barcode harganya kita akan membatin betapa murahnya harga buku pada masa itu.
  
4. Selalu sediakan pembatas buku
Buat pecinta buku, melipat halaman buku adalah haram hukumnya. Siapa yang rela lembaran bukunya rusak karena sering dilipat. Ya kan? Dan beberapa buku sekarang bahkan sudah menyediakan pembatas buku yang diselipkan di dalamnya.
  
5. Hati-hati meminjamkan pada teman
Bukan bermaksud pelit atau apa. Tapi lebih baik saat kita meminjamkan buku kita, lihat dulu siapa orangnya. Jangan pernah meminjamkan buku kepada orang yang tidak menghargai buku itu, menaruhnya sembarangan sehingga rentan terkena kotoran. Apalagi kepada orang yang suka lupa mengembalikan barang yang sedang dipinjam.

Selamat membaca dan selalu cintai buku-bukumu! :)

Waktu, bantu aku


Di sini…
Di antara irama gemericik air dari akuarium.
Anganku terbang.

Terdengar kembali suara lembutmu.
Menyanyikan lagu kesukaanmu.
membelai di sela-sela telinga.
Indah.

Di sini…
Di tengah kesibukan yang belum kudapatkan.
Jariku mulai menari.

Menuliskan ingatan tentangmu.
Sosokmu yang perlahan menjauh.
Seolah enggan menoleh ke belakang lagi.
Pergi.

Di sini…
Di tempat yang masih asing ini.
Pikirku melayang.

Teringat kembali ucapan terakhirku.
Sesaat sebelum kamu pergi.
Betapa beruntungnya dia mempunyaimu.
Berkah.

Di sini…
Ditemani derap langkah kaki yang lalu lalang.
Bibirku berbisik.

Aku rindu. Semua tentangmu.

Waktu, tolong aku. Bantu. Mengikhlaskanmu.


-22 Mei 2012, Menara Matahari lt.10-
Edited 11 Juni 2012

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Di sini…
Di antara himpitan sesak kekosongan.
Perlahan ku merangkak.
Belajar meraba kebahagiaan yang terpending oleh alam dan waktu.

Tak terlalu berharap kesempurnaan.
Karena sebagian sempurnaku masih melekat.
Dalam degup nadi di sekujur pembuluh darahmu.

Aku tahu langit hanya satu.
Tapi aku percaya ada jutaan galaksi serta keagungan lainnya.
Yang berhampar menunggu warna-warni kehidupanku.

Tambahan oleh seorang Sahabat
Rabu, 13 Juni 2012

Monday, May 07, 2012

Membayar Hutang

Bulan kemarin gw bikin janji sama diri sendiri. Kalau berhasil dapet kerjaan baru di bulan mei, gw akan update blog lagi. Blog yang..err sudah setahun ini dianggurin (gomeeen).

So, untuk menepati janji, gw akan post sebuah tulisan tentang dia. Memang nggak terlalu bagus, tapi gw bikinnya bener-bener niat, jadi lumayan lah :D

####

Cinta itu, ketika waktu yang dihabiskan bersamamu menjadi momen paling indah dalam hidup.
Cinta itu, ketika senyum simpul terukir saat duduk di sebelahmu dan melihatmu berbicara.
Cinta itu, ketika bersamamu bahagia terasa begitu sederhana.
Cinta itu, ketika ucapan selamat pagimu bisa memperbaiki suasana hati yang buruk sekalipun.
Cinta itu, ketika membuat coklat panas untukmu menjadi hal yang ditunggu sembari bersenandung riang.
Cinta itu, ketika suara lembutmu menjadi lagu pengantar tidur di kala malam.

Cinta itu, ketika menutup mata rapat-rapat dari kenyataan yang ada, dan hanya membukanya saat kamu yang ada dihadapan.
Cinta itu, ketika menulikan telinga dari segala teriakan yang menyuruh berhenti dan mulai melupakanmu.
Cinta itu, ketika yang diinginkan hanya memelukmu erat, dan membisikan kata cinta di telingamu.
Cinta itu, ketika perasaan resah menghantui saat bertanya-tanya apakah kamu merasakan hal yang sama.

Cinta itu, ketika kamu mengusap kepala dan detik berikutnya ada rasa rindu yang meledak di dada.
Cinta itu, ketika hanya mampu tertunduk lesu, melihat kamu jauh dari jangkauan.
Cinta itu, ketika ada yang mendesak keluar dari mata saat tiba waktunya untuk berpisah.
Cinta itu, ketika ada sakit yang sesak di dada saat memakimu.
Cinta itu, ketika merelakan kamu bahagia dengan yang lain, sementara hati berteriak, “kenapa bukan aku yang membahagiakan kamu??”
Cinta itu, ketika hal terakhir yang ingin dilakukan adalah melihatmu terlelap di pangkuan seraya membelai lembut rambutmu. 

Cinta itu, ternyata tidak sederhana.
Cinta itu, kamu, Langitku.

3 PM  Fri, May 4th 2012
-d-

Published with Blogger-droid v2.0.4