Saturday, September 25, 2010

Musafir dan Pintu

Beberapa hari yang lalu, seorang teman memasang status facebook berupa sebuah penggalan puisi yang membuat gw tertarik. Penasaran, gw pun bertanya, siapa penulisnya. Dia menyebutkan sebuah nama, Rahne Putri. Nama yang nggak familiar, paling tidak menurut gw. Maka, bertanyalah gw kepada The Mighty Uncle Google. Dan sampailah gw pada halaman ini Rahne Putri

Baca-baca, dan gw menemukan tulisan yang ngena banget. Gw sukaaaa >.< So, buat mbak Rahne Putri, ijin kopas yaaa.. :D


MUSAFIR DAN PINTU

Pernah suatu waktu, seorang musafir yang kesepian berkata padaku “kau tak punya pintu hati”

Wahai musafir, pintuku terbuka, selalu kubuka. Namun ia berada di balik terjal dan tebalnya dinding.

Aku membangun tembokku terlalu tinggi, terlalu kokoh. Terperangkapku dalam sepi yang kubangun sendiri

Terserah musafir, apakah kau berlalu seperti mimpi, atau mencoba memanjat dan membongkar dengan tangan sendiri. Untuk masuk di kuil hati.

Dan disinilah aku, berdiri tepat di belakang pintu. Bersiap menyambutmu, yang mana derap langkahmu telah terdengar, dan parasmu membuatku gusar.

Setelah itu. Mari kita terpenjara berdua.

Dalam rasa

Selamanya

Thursday, August 26, 2010

No more Serie A This Season. Damn!

Hhhh…
Gemes rasanya saat ini. Gemeeeessss banget. Musim ini gw nggak bisa nonton Milan lagi. Cakep banget deh. Setelah beberapa tahun nggak terlalu ngikutin Milan, tahun ini gw malah nggak bisa nonton sama sekali. Cuma ngarepin siaran Champion aja. Itu pun kalo Milan ditayangin. Huhuhu. Sedih.
Ini semua karena nggak ada lagi stasiun tv lokal yang nayangin Seri-A Italia. Kenapa? Bisa jadi karena hak siarnya terlalu mahal. Atau juga karena Seri-A sedang turun pamor. Tahun kemaren pun stasiun tv lokal hanya menayangkan beberapa laga, dan tidak menayangkan laga big match. Tahun sebelumnya lagi malah hanya ditayangkan setengah musim, karena stasiun tv lokal yang bersangkutan bermasalah.
Coba bandingkan dengan dulu-dulu. Jaman gw SMA, jaman masih maniak banget sama bola. Setiap minggu gw beli tabloid Soccer, tiap minggu nggak pernah ketinggalan nonton Milan. Hapal semua pemain, nomor punggung, Negara asal, blahblahblah. Sekarang? Boro-boro. Gw nggak familiar dengan pemain-pemain baru. Nggak apal posisi-posisi mereka. Ahh, payah. Gimana bisa disebut Milanisti?
Yah, sudahlah. Daripada gw capek-capek meratap nggak guna. Mending gw  berdoa, semoga tahun ini Milan bisa Berjaya. Semoga tahun ini kami nggak perlu puasa gelar lagi. Semoga kami bisa mengalahkan tetangga kami. FORZA MILAN!!!

Note: weekend ini seri A mulai, dan gw hanya bisa pasrah. Huks.

Monday, August 23, 2010

Khilaf

"Mau dong sakit, biar bisa istirahat di rumah..."

Tiba-tiba kalimat itu terlontar begitu aja dari mulut gw, pas ngeliat kakak gw yang lagi sakit. Kejadiannya tadi, pas baru pulang. Baruuu aja masuk rumah. Dan setelahnya, setelah komentar-komentar dari bokap nyokap, gw langsung merasa bodoh banget. 

Gw seperti manusia yang nggak tau terima kasih. Udah dikasih sehat, udah dikasih kerjaan, udah dikasih rizki yang nggak pernah putus, tapi masih aja ngeluh. Malah minta celaka. Cuma karena capek, gw langsung lemah begitu. Langsung bicara yang nggak-nggak gitu. Gw seperti lupa bersyukur. Padahal nyokap udah sengaja nyambut gw di depan pintu sambil bawain teh hangat buat buka puasa.

Menyesal. Asli. Malu banget udah bicara kaya gitu. 
Duh Gusti, nyuwun ngapuro sanget
Semoga gw bisa lebih menjaga mulut gw ini. Semoga gw bisa lebih kuat, nggak lemah, dan lebih mensyukuri apapun yang udah Tuhan kasih. Amin.

Friday, August 20, 2010

Dalam Diam

Tahukah kamu?
Aku selalu memperhatikanmu.
Saat berbicara.
Berjalan.
Tersenyum.
Tertawa.
Merajuk.
Pun saat kamu asik dengan perempuanmu.
Tentu saja, dalam diam :)

(untuk kalian yang pernah menarik perhatianku)

Sunday, August 15, 2010

Favourite Quotation

"A Secret Makes A Woman, Woman"

Itu dia salah satu kutipan favorit gw. Rahasia membuat seorang wanita menjadi wanita.

Entah kenapa gw suka banget sama kutipan itu. Kalimat yang diucapkan oleh seorang villain wanita di komik Detektif Conan: Vermouth. Kalimat yang membuat dia terlihat sangat keren sekaligus misterius.

Rahasia membuat seorang wanita menjadi wanita. Apa wanita selalu identik dengan segudang rahasia? Mungkin ya, mungkin tidak. Tapi setidaknya kalau pertanyaan itu diarahkan kepada gw, jawaban yang akan keluar adalah pilihan yang pertama.

Yup. Gw banyak menyimpan rahasia. Gw suka menyimpan rahasia. Apapun itu, khususnya tentang diri gw sendiri. Hal-hal pribadi yang berkaitan soal hati, sepertinya belum bisa gw bagi dengan seseorang. Apakah gw menutup diri? Bisa jadi, dalam rangka mencegah diri gw sendiri membongkar rahasia yang gw punya.

Yea. Gw punya banyak rahasia. Gw sangat menikmati mempunyai segudang rahasia. Nggak ada yang bener-bener tau seperti apa gw sebenarnya. Kecuali Pencipta gw, tentu saja. Dan apakah gw pernah tergoda untuk, sedikit saja, membongkar rahasia yang gw punya? Hahaha. Tentu saja. Gw kan juga manusia. Sekali. Dua kali. Dengan sedikit sensor di sana-sini. Hahaha. Itu judulnya bukan bener-bener membongkar rahasia ya?

Gw, si gadis (iya, gadis. Sepertinya gw masih terlalu muda untuk disebut wanita :D) dengan segudang rahasianya, yang masih tetap disimpan, dan masih tetap ingin menyimpan segudang lagi rahasia-rahasia yang akan datang nanti. Tanpa pernah tahu, apakah akan tiba waktunya, saat rahasia-rahasia itu akan dibuka perlahan-lahan, sampai habis tak bersisa. Entah kapan, entah kepada siapa, entah seperti apa rasanya. Hahaha. Rasa penasaran mulai menggelitik gw nih.

A secret makes a woman, woman. So, how many secrets do you have?

Thursday, July 22, 2010

Pernah Jadi Orang Kampung?

Orang kampung di sini dalam artian yang sebenarnya lho ya. Bukan kampung yang berarti kampungan yang maksudnya nggak gaul atau nggak update dengan perkembangan zaman. Orang kampung yang akan gw bahas di sini maksudnya adalah orang yang tinggal di kampung, melakukan kegiatan seperti halnya kegiatan yang biasa dilakukan orang-orang kampung sehari-hari. Well, ini cerita tentang masa kecil gw, yang (Alhamdulillah) pernah merasakan menjadi orang kampung minimal setahun sekali. Pengalaman yang nggak mungkin bakal terulang, cuma bisa gw kenang.

Pengalaman ini terjadi sekitar tahun 90-an, waktu gw masih SD, masih imut, manis, lugu, penuh gairah, tapi tetep… item (-_-) hiks. Hampir tiap tahun saat libur Lebaran, gw selalu mengunjungi mbah putri dan kakung gw di kampung. Kurang lebih sebulan gw di sana, soalnya, dulu libur Lebaran untuk anak sekolah bisa sebulan lamanya. Mantap deh. Dan biasanya, gw berangkat seminggu setelah puasa, bareng sama kakak dan tante gw. That was totally a very long holiday.

Sebagai seorang anak SD yang masih imut, manis, lugu, penuh gairah, tapi tetep… item, gw memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, dan menjelma menjadi bocah kampung. Layaknya orang kota yang nggak pernah ketemu sawah, kali bersih dengan bebatuan segede bagong, jalanan bersih yang teramat sepi, gw menjadi amat sangat kimpring sekali. Hal-hal yang terlihat biasa oleh penduduk setempat, menjadi istimewa buat gw. Dan menjadi semakin istimewa saat mengingatnya belakangan ini.

Pernah nggak, kalian, para penduduk kota mengalami hal-hal yang dulu gw alami? Gw hampir yakin, jawaban “pernah” akan jarang keluar. Mengingat beberapa teman gw ada yang nggak pernah berjalan kaki di pematang sawah, atau bermain di kali dengan air yang jernih, sampai usianya menginjak 20-an. Kasihan… *halah*

Kalau, mencari ikan dan yuyu (sejenis kepiting kecil hitam) dengan sebuah seser di kali kecil, jernih dan berbatu. Pernah?

Memetik kangkung di rawa dan kemudian memberikannya kepada nenek yang akan segera memasakannya untuk kamu. Pernah? Belum lagi mengikuti nenek ke kebun untuk membantu memetik hasil panen cabai, rambutan, jeruk, dsb.

Bagaimana dengan menemani nenek mengantar padi ketempat penggilingan padi dengan sepeda kumbang? Pernah juga?

Atau mungkin sekedar menikmati pagi yang dingin, di depan kompor yang masih menggunakan kayu bakar, sambil menikmati tempe goreng yang baru saja diangkat dari wajan? Kalo kalian pernah merasakannya, beruntunglah kalian. Apakah gw terkesan pamer? Biarin deh. Hehehe.

Dan weekend kemarin, gw dan keluarga menyempatkan diri untuk pulang ke kampung. Ziarah ke makam mbah putri dan kakung, sebelum puasa. Entah kapan lagi bisa ke sana. Yang jelas, saat sampai di sana, rasanya sedih banget. Rasanya, kunjungan yang kemarin itu adalah kunjungan terakhir, itu berarti, gw nggak akan lagi liat rumah yang udah nyimpan begitu banyak kenangan masa kecil.


Rumah yang dulu begitu nyaman, beserta halamannya yang suka buat tempat gw duduk-duduk santai, sekarang tampak nggak terawat semenjak mbah gw nggak ada. Inilah yang bikin gw sedih. Semuanya berubah, ga seindah dulu. Cuma ingatan di otak aja yang masih indah. Hiks.

Sunday, July 18, 2010

Keluh Lagi! :(

Beudeuh! Udah Juli aja, berarti udah sebulan nggak update. Mau gimana lagi, pulang malem, sampe rumah bawaannya pengen langsung tidur. Weekend, pergi mulu. Bahkan, belajar motor pun nggak pernah sempet. *lirik post sebelumnya* *sigh*

Post kali ini pun sepertinya nggak akan banyak. Kepikiran untuk membuat format baru untuk setiap post yang akan gw tulis di blog ini, sebenernya. Tapi kayaknya, belom bisa gw mulai sekarang. Mungkin di post berikutnya :)

Ngomong-ngomong, udah sebulan setengah gw kerja. Rasanya? Phiuuhhh… *lap keringat*

Jujur aja, sebulan pertama terasa menyenangkan. Pastinya karena anak-anak Codif yang doyan ngebanyol. Tapi itu dulu, waktu gw masih di bagian Codification. Semenjak awal bulan ini, gw udah dipindahin di tim lain, walaupun masih sama-sama di divisi Merchandising. Suasananya? Ya Tuhan, terlalu serius, dan load kerja yang lebih banyak. Bahkan saat kerjaan lagi nggak terlalu banyak pun, kepala tetap terasa pusing, ini karena jarang ada intermezzo yang bisa bikin otak lebih fresh.

Dan yang lebih menyebalkannya adalah, meja gw sekarang jadi barisan paling belakang, jauh dari dia yang ada di barisan depan. Bukan lagi tempat yang strategis untuk melihatnya. Zzzzz…

Btw, siapa sih dia? Dia itu, yah… si lagu Maliq & D’Essential yang judulnya Terdiam. Hehehe.

…ingin aku menyapa, namun ku terdiam tak kulakukan…


Lagi-lagi post nggak penting ya? Biarin deh. Berikutnya mugkin lebih baik :)

Note: sebetulnya pengen banget bisa cerita-cerita masa lalu waktu masih kecil, berpetualang di kampung nyokap. Abis dari mudik, banyak kenangan-kenangan yang teringat lagi. Tapi, capek, dan besok kerja, jadi kapan-kapan deh ceritanya. heuheu.

Wednesday, June 09, 2010

Mau Belajar Motor! Kayaknya...

Iya bener! Tapi... masih kayaknya. Hehehe. Eh tapi nggak ah, beneran mau belajar, perlu sih. Bukan apa-apa, sebenernya gw juga nggak mau nambah-nambain polusi yang ada bumi tercinta ini (ciyeee). Gw akan lebih memilih naik kendaraan umum, daripada motor yang udah nyumbang polusi banyak banget. Tapi masalahnya adalah, angkot yang lewat di depan kantor kalo malem jarang (atau malah nggak ada?). Kan jadinya ribet juga kalo pulang malem. Mau minta jemput, susah juga kalo sekeluarga pulang malem semua. Huhuhu.

Euh...
Itu kebenaran, kan? Bukan pembenaran? Kan? Kan? *maksa*

Yang jelas, kalo udah bisa naik motor nanti, semoga aja gw nggak bakal darah tinggi, cuma gara-gara marah-marah mulu ngadepin angkot rese. Heuheu. Yang penting sekarang bisa ngendarain dulu deh. Mari belajar! YOSH!

Sunday, June 06, 2010

Novel: Karena Kita Tidak Kenal


Penulis          : Farida Susanty
Penerbit        : Grasindo 2010
Jumlah hlm   : 199 hlm, 16 judul
Harga           : Rp 39.900


Baru aja menyelesaikan novel terbarunya Farida Susanty (novel sebelumnya, “…dan Hujan Pun Berhenti” menjadi best seller). Gw coba review sedikit, walaupun sebenernya gw nggak jago ngereview.

Novel yang berjudul “Karena Kita Tidak Kenal” ini merupakan kumpulan cerpen yang bertemakan sama, yaitu: Orang Asing. Bukan, maksudnya bukan bule atau turis asing, orang asing di sini maksudnya adalah orang yang tidak kita kenal. Semua-mua tentang orang asing. Entah itu orang yang ingin kenal dengan banyak orang asing, orang yang merasa asing dengan Tuhannya, atau orang yang merasa asing dengan dirinya sendiri. Tema yang menarik, kan?

Isinya ada enam belas judul. Ide ceritanya satu-dua memang sudah pasaran, tapi gw tetep enjoy bacanya. Dan beberapa ceritanya agak-agak suram, gelap. Nggak jauh berbeda dengan novelnya yang pertama.

Ada 3 cerita yang jadi favorit gw.
# 5 Rahasia
Seorang remaja merasa tertekan karena sebuah rahasia yang tidak bisa ia bicarakan dengan orang-orang terdekatnya. Tapi, di kereta menuju Jakarta, dia dan seorang asing saling membagi rahasia-rahasia mereka, yang tidak pernah mereka bicarakan pada orang-orang yang mereka kenal.

Cerita ini mirip sama gw. Bukan rahasia si remaja dalam cerita ini, tapi perasaan yang di alami oleh si remaja. Gw yang introvert, hampir selalu nggak pernah cerita tentang rahasia-rahasia gw ke temen-temen gw. Atau bahkan ke keluarga. Nggak ada yang benar-benar tau siapa gw. Tapi beberapa kali, gw ceritain rahasia gw ke temen dunia maya gw. Mereka mungkin bukan orang yang benar-benar asing, tapi tentu saja mereka asing dengan orang-orang dalam cerita gw. Mereka pun asing dengan kehidupan nyata gw. Bisa dibilang setengah orang asing (duh aneh banget bahasa gw).

# Pemakaman
Bagaimana rasanya pemakaman yang penuh orang asing?

Baca cerita ini gw jadi merinding. Betapa menyedihkan menjadi orang yang dibenci oleh orang banyak. Sampai-sampai muncul pemikiran untuk mengundang orang-orang asing agar ada yang datang saat dia meninggal nanti. Hiih.


# 15 Alice in Wonderless Land
Tentang seorang perempuan bernama Alice, yang sudah bosan dengan hidupnya. Ia menerima selebaran tentang sebuah program yang bisa membantu orang untuk menjadi orang asing lagi di dunia ini, mengubah pandangannya dalam memahami dunia.

Pesan dari cerita ini sampe banget ke gw. Jika kamu bosan dengan segala rutinitas yang sama setiap harinya, nggak ada hal yang baru, yang perlu kamu lakukan hanya ‘menciptakan jalan baru’ sendiri. Lihatlah dari sisi yang berbeda, maka akan kamu temukan sesuatu yang benar-benar baru.

“Ambil jalan yang ‘salah’. Belok di tempat yang biasanya kamu tidak pernah belok. Tidak ada satu garis membosankan yang harus kamu ikuti sepanjang hidup. Tidak ada tempat khusus yang harus kamu datangi dengan cara yang ditentukan. Beloklah. Telusurilah jalan-jalan aneh itu. Jadilah orang asing lagi!” (Badut kepada Alice, hlm 188)

Cerita-cerita selebihnya, silahkan baca sendiri, cukup gw rekomendasikan. Hahaha.

(btw, ilustratornya ternyata Laff anak HPI, yang FF-nya berjudul Hogwarts Online adalah salah satu FF favorit gw. Wow!)

Sunday, May 30, 2010

Adakah satu bidang yang paling kamu kuasai?

Begitu tanya seorang pewawancara minggu lalu. Jawabannya simpel saja: Tidak Ada. Dan kenyataannya memang seperti itu. Bahkan fotografi yang jadi salah satu hobi gw pun nggak gw kuasai.

Waktu kecil, gw suka banget gambar, mainin warna-warna, sampai-sampai gw punya cita-cita jadi pelukis. Waktu itu, pengen banget rasanya ikut les melukis, mempelajarinya dengan serius. Tapi nggak ada tanggapan dari orang tua. Yah, mereka kan sibuk, dan mungkin juga terbentur masalah biaya. Dan akhirnya, gw cuma jadi bocah kecil yang kerjaannya main doang, keluyuran naik sepeda entah kemana. Bener-bener nggak keurus.

Jaman SMA kelas 2, gw pengen masuk IPA di penjurusan kelas 3, supaya kuliah nanti bisa ngambil Biologi atau Astronomi. Wow, jauh banget ya dengan jurusan yang akhirnya gw ambil. Tapi jujur aja, dari SMP gw memang teramat suka mempelajari tentang alam, dunia hewan, tumbuh-tumbuhan, dan tata surya (entah itu bintang, planet, galaksi, dsb). Tapi, pertanyaan yang keluar dari nyokap adalah, “mau jadi apa kalau sudah lulus nanti?” Sepertinya nyokap masih memandang sebelah mata sama jurusan-jurusan yang kurang populer seperti itu. Belum lagi kuliah di jurusan yang gw mau pasti mahal, lagi-lagi terbentur masalah biaya (dan bodohnya, gw sama sekali nggak kepikiran masalah beasiswa T_T).

Apa gw kurang memperjuangkan keinginan gw? Mungkin juga. Yang jelas, waktu itu gw hanya berpikir ingin kuliah, tanpa harus menyusahkan orang tua. Gw pun mengurungkan niat gw untuk mengambil kedua jurusan itu. Dan wali kelas gw, yang adalah guru Biologi, menyayangkan keputusan gw yang akhirnya memilih masuk IPS. Nilai Biologi gw yang bagus pun akhirnya sia-sia.

Jadi sepertinya selama ini gw nggak pernah punya kesempatan untuk mengembangkan, mempelajari lebih dalam sesuatu yang gw suka yah. Hahaha. Harapan gw adalah, untuk kali ini, gw juga nggak kehilangan kesempatan untuk menekuni dunia fotografi. Mungkin bukan sebagai profesi, cukup hanya sebagai hobi. Biar paling tidak, ada satu bidang yang gw kuasai, dan gw menyukainya.

Kerja, menabung untuk membeli DSLR, kalau bisa ambil sekolah fotografi, terus bisa lolos jadi Humas DepBudPar (yang ini sulit syekaliii >.<), jadi bisa kerja sambil hunting. Err... terlalu muluk agaknya ^^a