Thursday, June 21, 2012

Dua Makhluk Random


Nying :  Jadi bagaimana kalau kita menjemput mimpi malam ini, Dear?

Me    :  Sila duluan mbakyu.
         Perhentian saya masih jauh tampaknya. Lagi saya masih takut bermimpi buruk lagi :)

Nying : Bukankah pagi teramat bosan dengan hadirnya wajah sendu yang lebih dari  awal di ufuk embun ini?

Aaah, andai saja aku mampu mengukir mimpi tentang ketenangan malam ini, aku berjanji, malam yang akan bosan menjemputku terlalu awal.

Me    : Pagi sudah tak peduli lagi pada wajah sendu. Dia hanya peduli dengan sinarnya yang menyilaukan langit. Membuat buta. Dan sekonyong-konyong menciptakan rasa panas yang membuat tidak nyaman.

Nying : Bukaaan.. bukan itu. Hanya saja pagi sedang sibuk merangkai pelangi untuk senja yang tepat.
Good night.

Me    : Haaa.. sudahlah. Tak seharusnya saya membenci pagi dan mentarinya yang tak pernah ingkar janji.

Malamlah yang seharusnya saya benci dengan segala keheningannya yang merajam diri.

Selamat malam. Esok pagi kan seperti hari ini. Menyisakan duri, menyisakan perih, menyisakan sunyi.



((Pada suatu malam yang sama randomnya dengan percakapan di atas. Via Whatsapp bersama seorang sahabat yang tingkat kenormalannya berada di bawah si empunya blog *emaap* ))

Kapan, Waktu?


Ada tangis yang tertahan
Asa yang menghilang perlahan
Ada kepercayaan yang jatuh runtuh
Hati yang terlanjur lumpuh

Hancur. Melebur. Senyum yang mulai luntur.
Waktu, masih belum mau membantu.
Kapan kiranya?


Menara Matahari Lt.10
20 June 12

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ada yang tak kusadari atau memang aku terlalu buta
Untuk mengenal kata sadar
Adalah aku yang terlalu bising
Dengan keheningan sepi

Bukankah itu sama saja dengan membuat denting-denting waktu
Menjadi hingar bingar ditelingaku
Membunuhku dengan sejuta pertanyaan akan kapan?

Aku hanya lelah mempersalahkan keadaan
Dan seperangkat tentang perasaan ini
Waktu, biarkan aku menuntutmu
Sampai tak ada lagi kapan dan bagaimana

Tambahan oleh seorang Sahabat
20 Juni 2012

Wednesday, June 13, 2012

Curhat #1



Dingin. Padahal jaket sudah kugunakan. Tapi masih saja.
Oh iya, di sini ramai sekali. Divisi sebelah, Store Development dan R&D, sedang bebenah. Relayout katanya. Tapi kenapa aku tetap merasa sepi ya. Hahaha.

Hmm.. sejujurnya aku bingung ingin menulis apa. Semua kerjaan sudah habis (jangan tambah lagi ya :P) dan kebetulan mumpung hasrat menulisku masih menggebu-gebu, jadilah sekarang jemariku menari.

Tadi, baru saja atasan langsungku, Pak Sarwo, meledekku. Katanya aku update status terus, padahal hanya chat dengan beberapa teman di YM. Aku tertawa saja.

Duh, jadi lupa kan tadi mau menulis apa. Pikunku ini nggak pernah sembuh tampaknya :( Dan lagu Float yang berjudul “Sementara” ini sudah kuputar entah untuk yang keberapa kalinya hari ini. Liriknya begini:

“Percayalah hati lebih dari ini. Pernah kita lalui. Jangan henti di sini…
Percayalah hati lebih dari ini. Pernah kita lalui. Takkan lagi kita mesti jauh melangkah. Nikmatilah lara...”

Lagunya bercerita tentang… ah, jangan tanya maknanya ya, aku lagi malas mikir (alasan! hehe). Yang pasti suara dan musiknya sangat nyaman di telinga. Coba denger deh :)

Ngomong-ngomong, ini sudah masuk minggu keempat aku bekerja di Matahari Dept. Store. Kantornya sendiri ada di Menara Matahari di daerah Lippo Village Karawaci Tangerang. Menara? Betul sekali. Mau tidak mau aku yang nggak suka lift ini terpaksa menggunakan lift setiap hari!! (terdengar petir menggelegar di kejauhan. Baiklah, berlebihan sekali). Tapi soal aku nggak suka naik lift itu nggak berlebihan lho. Aku sih nggak keberatan kalau saja liftnya secanggih yang seperti di Menara Mulia di Gatsu (misalnya). Tapi ini kan bukan. Jadi sensasi setiap lift berhenti itu selalu bikin aku keliyengan. Hiks. Apa jangan-jangan aku sendiri yang merasakannya?

Ada kiriman dari HRD, ternyata isinya ID Card.

 











Kalau transaksi dengan menggunakan ID Card ini, bisa dapat diskon 10 persen lho. Hehe.

Sejak aku pindah, banyak orang bertanya apakah kantor baru tempatku sekarang enak. Jadi bingung jawabnya, karena rasanya enak nggak enak. Terkadang menyenangkan, tapi lebih sering aku tetap merasa sendirian. Semua rasanya hambar. Entahlah, namanya juga adaptasi. Dan mungkin dari akunya juga yang lebih sering memilih sendiri.

“Jelajahi waktu, ke tempat berteduh hati kala biru. Dan lalu… sekitarku tak mungkin lagi kini. Meringankan lara. Bawa aku pulang, Rindu! Segera!

Float. Judulnya “Pulang” dan sama enaknya. Sudah ah, aku mau menikmati sepi lagi.



Tuesday, June 12, 2012

Buku dan Kebiasaan-Kebiasaan Gw


Books! Yeah, I really love books!
Kecintaan gw akan buku sebenernya sudah dimulai sejak kecil. Masih ingat novel pertama yang gw baca judulnya “Karang Setan” karangan  Enid Blyton, yang akhirnya jadi salah satu penulis favorit gw. Buku demi buku mulai gw lahap. Juga berbagai macam komik yang gw beli dari hasil menyisihkan uang jajan atau meminjam di tempat penyewaan komik. Addicted. So much.

Sebagai pecinta buku, ada beberapa kebiasaan gw yang berguna dan mungkin juga sudah banyak dilakukan oleh pecinta buku lainnya.
1. Sampul buku dengan sampul plastik 
Tujuannya tentu saja supaya buku lebih awet, dan cover-nya tidak mudah lecek. Selain itu buku juga jadi terlihat lebih rapih. Tapiii..belakangan kebiasaan itu menghilang, nggak pernah sempat lagi nyampulin novel atau komik yang baru dibeli. Sebagai gantinya supaya buku tetap awet, bungkus plastik selalu gw sobek dengan rapih, supaya setelah selesai baca, novel atau komik tersebut bisa dimasukkan lagi ke dalam bungkus plastiknya. 

2. Kasih nama dan tanggal buku dibeli
Fungsinya? Sebagai identitas saja sih sebenernya. Hehehe. Kalau tanggal, supaya kita tahu, kapan sih kita beli buku itu. Sudah berapa tahun umur buku itu.

3. Tempel kode barcode harga
Kalau kebiasaan ini gw dapat dari kakak gw. Awalnya merasa aneh juga. Tapi kemudian gw berpikir, bertahun-tahun kemudian saat harga buku sudah semakin mahal, kita akan menengok koleksi buku lama kita dan saat melihat barcode harganya kita akan membatin betapa murahnya harga buku pada masa itu.
  
4. Selalu sediakan pembatas buku
Buat pecinta buku, melipat halaman buku adalah haram hukumnya. Siapa yang rela lembaran bukunya rusak karena sering dilipat. Ya kan? Dan beberapa buku sekarang bahkan sudah menyediakan pembatas buku yang diselipkan di dalamnya.
  
5. Hati-hati meminjamkan pada teman
Bukan bermaksud pelit atau apa. Tapi lebih baik saat kita meminjamkan buku kita, lihat dulu siapa orangnya. Jangan pernah meminjamkan buku kepada orang yang tidak menghargai buku itu, menaruhnya sembarangan sehingga rentan terkena kotoran. Apalagi kepada orang yang suka lupa mengembalikan barang yang sedang dipinjam.

Selamat membaca dan selalu cintai buku-bukumu! :)

Waktu, bantu aku


Di sini…
Di antara irama gemericik air dari akuarium.
Anganku terbang.

Terdengar kembali suara lembutmu.
Menyanyikan lagu kesukaanmu.
membelai di sela-sela telinga.
Indah.

Di sini…
Di tengah kesibukan yang belum kudapatkan.
Jariku mulai menari.

Menuliskan ingatan tentangmu.
Sosokmu yang perlahan menjauh.
Seolah enggan menoleh ke belakang lagi.
Pergi.

Di sini…
Di tempat yang masih asing ini.
Pikirku melayang.

Teringat kembali ucapan terakhirku.
Sesaat sebelum kamu pergi.
Betapa beruntungnya dia mempunyaimu.
Berkah.

Di sini…
Ditemani derap langkah kaki yang lalu lalang.
Bibirku berbisik.

Aku rindu. Semua tentangmu.

Waktu, tolong aku. Bantu. Mengikhlaskanmu.


-22 Mei 2012, Menara Matahari lt.10-
Edited 11 Juni 2012

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Di sini…
Di antara himpitan sesak kekosongan.
Perlahan ku merangkak.
Belajar meraba kebahagiaan yang terpending oleh alam dan waktu.

Tak terlalu berharap kesempurnaan.
Karena sebagian sempurnaku masih melekat.
Dalam degup nadi di sekujur pembuluh darahmu.

Aku tahu langit hanya satu.
Tapi aku percaya ada jutaan galaksi serta keagungan lainnya.
Yang berhampar menunggu warna-warni kehidupanku.

Tambahan oleh seorang Sahabat
Rabu, 13 Juni 2012