Sunday, January 06, 2013

Melihat Peta

hari ini kematian membisikkan perihal-perihal indah. langit pagi yang perangainya tenang dan hangat telah ditanggalkan. beruluran jutaan jalan kecil, kaki-kakinya mekar jadi kembang api yang terbuat dari awan hitam.

aku tiba-tiba ingin seisi tubuhku tercuri. seseorang menangis memasangkan pakaian berwarna sederhana dan wewangian sambil membayangkan tuhan menyambutku dengan riang.
kau, entah di mana, membaca catatan yang aku tulis, aku kirim, dan terlambat tiba.

hari terakhirku jadi hari pertama bagimu. kesedihanku terbakar menjadi abu. kau tumbuh menjadi pohon yang pucuk-pucuknya hendak menyentuh kebiruan angkasa.
*
peta memberitahuku semua harta karun tersimpan di jantung rahasia hal-hal yang hancur. kau menggantung seperti sesuatu yang tak mampu aku namai - mimpi atau kenangan. di kepalaku, kau cahaya yang disaring kaca jendela berdebu. memasukiku sebagai jiwa yang kelelahan.
nanti malam, aku tak mau menutup mata jendela. akan aku biarkan ia menatap mata bulan, tempat barangkali kau menitip rahasia.
sementara yang menetap di luar aku, segala dendammu. memendam dendam, kata ibuku, seperti meminum segelas racun dengan harapan membunuh orang lain.
aku tidak ingin mendengar kabar pemakamanmu. biar tubuhku dan seluruh isinya yang tercuri. hiduplah kau.
----------

puisi oleh Aan Mansyur (@hurufkecil), Kompas, Minggu, 6 Januari 2013

0 comments: