Racau Kacau...

Apa salah bila merasa iri? Gw manusia kok. Dan merasa iri itu juga manusiawi kan?.

Iri melihat yang lain sudah melangkah lebih jauh. Sedangkan gw? Begini-begini aja. Nyaris ga ada perkembangan yang berarti. Siapa yang salah? Gw? Orang lain? Bukan. Gw memilih keadaan untuk disalahi, paling tidak itu menurut gw. Keadaan yang ga dukung gw. Keadaan sedang tidak memihak gw. Jadi kapan dong? Gw mulai sebal. Kesal.

Skripsi.

Itu yang dari tadi gw racauin. Geez… Gemes gw. Gw cuma bisa nunggu. Nunggu keadaan memihak gw. Hanya itu. Ga ada yang bisa gw lakukan selain itu (ah, selain doa tentunya). Karna yang salah adalah keadaan. Bukan salah gw sampai-sampai skripsi gw mandek sebulan tanpa kejelasan. Bukan juga salah dosen gw yang terpaksa tidak bisa diganggu karena alasan anaknya sakit.

12 Februari 2009. Akhirnya proposal gw di acc pembimbing I. Senang. Pastinya. Tapi ternyata, euphoria tak bertahan lama. 12 Maret 2009. Tepat sebulan, dan masih belum ada kejelasan kapan gw bisa seminar usul.

Sebut gw payah. Mental cere. Gak tahan banting. Tukang ngeluh. Atau apalah. Terserah. Hei… it’s me. Not you. Not the other.

Gw tau nasib orang beda-beda. Banyak yang bernasib sama seperti gw, bahkan, lebih parah dari gw. Oh, gw cukup sadar akan hal itu. Tapi tetap saja. Siapa yang tidak iri melihat orang lain bisa bimbingan dengan cepat dan langsung bisa seminar?

Jih! How pathetic I am.

Menunggu dan berdoa. Identik dengan kata: S-A-B-A-R

Sabar lagi… sabar lagi. Bener-bener skripsi itu. Menguji kesabaran.

*sighs*

Gw. Pengen. Seminar. Secepatnya. Amin.