Sunday, April 05, 2009

Rojak - Fira Basuki


Huwaaah… akhirnya gw kelar juga baca Rojak. Novel yang udah dari dulu pengen gw baca tapi ga pernah dapet pinjeman. Hehehe. Berhubung kemaren kaka tingkat ada yang punya, jadilah gw minjem. Dan ga usah tanya berapa hari gw menyelesaikan Rojak. Beneran ga usah tanya (Siape nyang mo nanya!)

Sedikit review dari sampul belakang novelnya.


“We all rojak what? I rojak, you rojak, Singapure rojak. Mix-mix, Malay, China, Ang Mor, India, Aiya… never mind lah. As long as you happy what? Not happy, can be rojak also? What to do?” (“Kita semua seperti makanan rojak, tercampur-campur, bukan? Saya rojak, kamu rojak, seluruh negara Singapura hasil perpaduan budaya. Terjadi percampuran budaya Melayu, Cina, kulit putih, India. Sudah, tidak apa-apa. Yang penting kamu bahagia bukan? Jika tidak bahagia akan menjadi rojak, kacau balau? Kalau sudah begitu bagaimana?”)

Rojak berbagai rasa. Manis. Asam. Asin. Pedas. Pahit. Bersatu. Tapi rojak dalam Singlish artinya hancur, berantakan, atau aneh. “Hati-hati menikah gaya rojak (menikah campur), salah-salah nanti bisa benar-benar rojak (hancur)!”

Fira Basuki, pengarang novel Indonesia favorit gw. Terkenal dengan trilogi Jendela-jendela, Pintu, Atap. Rojak sendiri merupakan karyanya yang kelima, terbit tahun 2004. Novel yang juga bagus, tapi tentu saja favorit gw tetep karyanya yang berjudul Biru. Kapan-kapan deh gw review Biru juga. Tapi gw kudu baca ulang dulu, dan pastinya gw kudu pinjem lagi sama temen gw (Ya Allah! Ga modal banget sih!).

Oke, balik lagi ke topik. Kenapa sih judulnya Rojak? Kita, orang Indonesia menyebutnya rujak, tapi orang Melayu Singapura menyebutnya rojak. Rujak rasanya macam-macam: asin, manis, asem, pait, pedas… seperti juga hidup. Hidup seorang wanita yang bernama Janice, yang menikah gaya rojak. Ia seorang peranakan (campuran Melayu dan Cina) dan menikah dengan seorang Jawa.

Cerita bermula dari percakapan antara Jan (Janice) dengan Bernice (sahabatnya) di penjara. Yup. Penjara. Belum diceritakan kenapa Jan sampai bisa berakhir di penjara. Itu cerita “Pahit”. Kemudian masih ada cerita “Asam”, “Manis”, “Asin”, “Pedas”, dalam hidup Jan. Semua diceritakan secara flashback. Maju. Mundur. Mundur lagi. Kemudian maju lagi. Dengan bad ending yang ga gw sangka. Benar-benar menikah gaya rojak yang akhirnya benar-benar rojak. Pokoknya kereeeenn…

Dulu pernah denger, katanya Rojak mau dibuat filmnya. Tapi entah sampai sekarang ga ada kabarnya lagi. Mudah-mudahan sih jadi. Soalnya, Mereka Bilang Saya Monyet-nya Djenar Maesa Ayu aja udah difilmin dari kapan tau (hubungannya?). wokokoko~

Oia, sebagai penutup, ada satu petikan (puisi?) yang gw suka di halaman pertama novel.

Katanya seorang perempuan rela mencintai,
pria yang berhasil mencuri hati,

yang sama dengan jantung menghidupi,

supaya bernapas, tidak mati.

Tapi, bagaimana ini bisa terjadi?

aku, si perempuan itu, sendiri?
harus ke mana kucari si jantung hati?

jika ia lari ke mana dan aku menunggu mati.

3 comments:

vaan said...

Kudu baca nih. Tapi... gw minjemnya ke siapa ya?
*garuk ketek*

-d- said...

beli dong vahn...
masa mau ngikutin gw jadi kaga modal :P *ditabok*

vaan said...

Yaelah Mak, beli dimana? Di Mataram ga ada gramedieeee..!!